0
HIDUPKAN KEMBALI PPKn

Muhammad Nuh. Foto: Arundono/JPNN
JAKARTA - Setelah dihapus sejak 2004 lalu, tahun depan mata pelajaran (mapel) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) bakal dihidupkan lagi. Sebagai "tumbalnya," mapel Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang saat ini berjalan akan dihapus. Sehingga beban mapel yang ditanggung siswa tidak terlalu banyak.



Kemunculan kembali mapel PPKn di semua jenjang pendidikan ini merupakan bagian dari upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merombak kurikulum tingkat satuan pelajaran (KTSP) yang sedang berjalan saat ini. Perombakan ini juga berujung pada peleburan IPA dan IPS menjadi satu mapel, yaitu ilmu pengetahuan saja.


Mendikbud Mohammad Nuh seusai mengikuti Hari Kesaktian Pancasila di Jakarta kemarin (1/10) menuturkan, pihaknya memang berupaya untuk menonjolkan kembali pendidikan Pancasila. "Pendidikan Pancasila ini kami desain sebagai mata pelajaran tersendiri," katanya.



Kemunculkan kembali mapel PPKn ini berawal dari kurang efektifnya upaya menyisipkan pendidikan Pancasila di setiap mata pelajaran. Nuh berharap, dengan desain sebagai satuan mapel sendiri, pembelajaran tentang Pancasila bisa lebih baik lagi.



"Siswa jangan hanya menghafal seluruh sila dalam pancasila, tetapi tidak bisa mewujudkannya dalam perilaku sehari-hari," katanya.



Itu terlihat di antaranya lewat masih banyaknya tawuran pelajar dan kejahatan-kejahatan lain yang melibatkan pelajar. Standar kompetensi pendidikan Pancasila nantinya dibuat berjenjang sesuai dengan tingkatan pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar, menengah, hingga tinggi.



Nuh juga mengatakan, Kemendikbud saat ini menganalisa apakah jam belajar siswa mulai SD hingga SMA/sederajat masih kurang. Jadi, dia menegaskan tidak benar jika ada pihak yang menyatakan kurikulum baru nanti akan memangkas jam belajar siswa. "Kalau memangkas atau meringkas mata pelajaran masih mungkin," ucapnya.



Upaya revisi kurikulum ini sendiri dijalankan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud. Kepala Balitbang Kemendikbud Khairil Anwar Notodiputro mengatakan, kepastian peleburan mapel IPA dan IPS serta dihidupkannya lagi mapel PPKn diharapkan bisa diputuskan Jumat depan (5/10). (wan/ttg)






HIDUPKAN KEMBALI PELAJARAN PMP

JAKARTA - Diperlukan upaya yang signifikan melalui pendidikan sejak dini untuk menyelamatkan Pancasila. Untuk itu salah satu cara adalah menghidupkan kembali Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah.



Ketua Dewan Pembina Pemuda Demokrat Indonesia 1947, Edwin Henawan Soekowati mengatakan, pengkhiatan terhadap nilai-nilai Pancasila, hingga saat ini terus berlangsung. Bahkan di era pasca Orde Baru ini, pernghianatan Pancasila, kecenderungannya semakin masif. Hal itu, dibuktikan dengan semakin rusaknya moral bangsa yang tidak memperdulikan lagi arti penting Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.



"Untuk mengantisipasi semakin buruknya moralitas bangsa dalam upaya penyelamatan Pancasila, maka diperlukan upaya yang signifikan melalui pendidikan sejak dini. Misalnya, dihidupkannya kembali PMP," bebernya.



Menurut dia, hancurnya nilai-nilai Pancasila saat ini, lebih dikarenakan bobroknya moral para pejabat penyelenggara negara. "Kondisi seperti ini, sudah sangat mengkhawatirkan, sehingga sangat berpengaruh terhadap kondisi negara yang berujung pada ketidakadilan. Yang dirugikan, adalah rakyat jelata, baik secara ekonomi, pendidikan, maupun hukum," ujar Edwin.



Dia mengatakan, pengkhianatan Pancasila itu, tidak saja terhadap Sila Kedua, yakni "Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, dan Sila Kelima "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia", tetapi sudah mencakup seluruh sila yang ada.



"Sila Pertama, juga sudah dikhianati, dimana seluruh elemen masyarakat, baik di tingkat elit, maupun di tingkat akar rumput, tampak sudah menjadi bagian dari pengkhianatan itu. Seperti soal lunturnya sikap toleransi beragama dengan munculnya konflik antar agama yang belakangan marak terjadi," katanya.



Menurut dia, Pemilu Presiden 2014 mendatang, menjadi momen yang tepat untuk memilih pemimpin yang memiliki ideologi Pancasila. Presiden mendatang, menjadi tolok ukur keberhasilan pemerintahan dengan berlandaskan Pancasila, sebagaimana yang diamanatkan para founding father. (yay)




Post a Comment

 
Top