0
INDONESIA LAMPAUI TARGET PENUNTASAN TUNA AKSARA INTERNASIONAL

Penuntasan Tuna Aksara
Jakarta --- Indonesia sejak 2010 telah melampaui target penuntasan aksara internasional, yakni setengah dari total jumlah penduduk.  Konferensi Tingkat Tinggi di Dakkar tentang Education For All (EFA) atau Pendidikan Untuk Semua (PUS) menetapkan target yang harus dicapai sebuah negara pada 2015 adalah setengah dari total jumlah penduduk harus melek aksara.



Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (Dirjen PAUDNI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Lydia Freyani Hawadi  menjelaskan, pada 2004, jumlah penduduk tuna aksara di Indonesia mencapai 15,4 juta orang.  Artinya, target yang harus dicapai adalah  7,7 juta orang. Kemudian pada 2010 jumlah penduduk tuna aksara  Indonesia mencapai 7,5 juta orang, dan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah tersebut berkurang lagi pada  2011 menjadi 6,7 juta orang. "Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia telah melampaui target sebesar satu juta orang, bahkan lebih cepat empat tahun dari target waktu yang telah ditetapkan, yaitu 2015," ujarnya dalam jumpa pers mengenai Hari Aksara Internasional 2012 di Gedung A Kemdikbud, Jakarta, (13/9).


Meskipun jumlah buta aksara yang tersisa sudah jauh berkurang, beban pemerintah belum berkurang. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar dan luas wilayah dengan ragam karakteristik geografis, masih dihadapkan pada sejumlah tantangan dalam penuntasan tuna aksara. “Kami masih memiliki zona-zona merah. Misalnya masih ada 30 kabupaten yang memiliki jumlah penduduk tuna aksara yang tinggi, seperti di provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara Barat  dan Nusa Tenggara Timur,” ujar perempuan yang akrab dipanggil Reni tersebut.



Distribusi sisa penduduk tuna aksara tersebar sehingga layanan tidak bisa selalu dilakukan melalui pertemuan kelompok. Hal ini berakibat terhadap kebutuhan jumlah tutor dan biaya operasionalnya. Tantangan lain adalah ketersediaan sarana baca-tulis yang kurang tersedia di masyarakat, sehingga masih sulit mendorong kebiasaan masyarakat beraksaraan.



Karena itu, Lydia mengatakan, sejak 2009 Kemdikbud melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Ditjen PAUDNI telah melakukan redesain program penyelenggaraan pendidikan keaksaraan meliputi Keaksaraan Dasar bagi mereka yang masih tuna aksara, serta Keaksaraan Usaha Mandiri dan Multi Keaksaraan lain untuk memelihara dan mengembangkan keberlanjutan keaksaraan peserta didik. “Kami juga terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan dinas pendidikan di daerah-daerah dalam menjalankan program penuntasan tuna aksara,” tutur Lydia. (DM)


Sumber : KEMDIKBUD RI



Post a Comment

 
Top