PENDIDIKAN PANCASILA HARUS DIGIATKAN LAGI
JAKARTA – Wakil
Presiden RI, Boediono, mengatakan hari lahirnya Pancasila 1 Juni hendaknya
dijadikan momentum untuk menghilangkan egoisme diri dan kelompok demi satu
tujuan yakni menegakkan Bhineka Tunggal Ika. Dia mengatakan, egoisme hanya
menyingkirkan kebhinekaan yang sudah terpelihara selama ini oleh bangsa
Indonesia.
“Kita juga harus
menolak egoisme, baik itu dalam agama, suku dan etnis. Ke depan kita harus
melawan egoisme itu," ujar Boediono saat peringatan hari lahirnya Pancasila
di Gedung MPR, Senayan, Jakarta, Jumat (1/6).
Mantan Gubernur Bank
Indonesia itu menambahkan, peringatan lahirnya Pancasila itu juga hendaknya
dijadikan momentum bagi bangsa Indonesia untuk melakukan evaluasi kondisi
negeri sekarang ini.
Dia menilai,
pentingnya bangsa Indonesia mengingat kembali sejarah pemikiran dan gagasan
para pendiri bangsa terdahulu. "Peringatan hari Pancasila menjadi momentum
untuk mengevaluasi keadaan bangsa sekarang ini," tegas Boediono.
Peringatah Hari
Lahirnya Pancasila 1 Juni 2012 di Gedung MPR, Senayan, Jakarta itu dihadiri
mantan Presiden B.J. Habibie, dan Megawati Soekarno Putri serta bekas Wapres
Try Sutrisno, Hamzah Haz, dan Jusuf Kalla.
Keluarga mantan
Presiden Soeharto dan anak-anak mantan Presiden Soekarno serta putra-putri
mantan Presiden Abdurrahman Wahid juga ikut dalam peringatan kelahiran
Pancasila itu. Sementara Ketua MPR Taufik Kiemas tidak bisa hadir karena sakit.
Selain itu juga
dihadiri tokoh masyarakat dan agama, seperti Ketua Umum PBNU, Ketua Umum PP
Huhamadiyah, Ketua Persekutuan Gereja Indonesia, (PGI), dan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI),
yang menyampaikan butir-butir pemikiran
mereka tentang Pancasila.
Ketua PGI Andreas A.
Yewangoe menjelaskan Pancasila adalah sebuah ideologi terbuka yang mampu
menerima nilai-nilai baru dari mana pun. “Sekaligus memfilternya guna
mewujudkan civil society atau masyarakat
berkeadaban di Indonesia,” katanya.
Karenanya, Andreas mengatakan,
pendidikan Pancasila tidak dalam arti indoktrinasi, perlu digiatkan lagi.
“Nilai-nilai Pancasila hendaknya menjadi landasan bersikap etis dan moral di
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," jelasnya.
Ketua KWI Mrg.
Martinus D. Situmorang, OFM Cap
menambahkan, Pancasila dibawah Pemerintah Orde Baru telah disalahgunakan
sebagai ideologi penunjang pemerintah yang tidak mau mencari legitimasi
rakyat.
Dia menegaskan,
dengan alasan apapun Pancasila tidak boleh diremehkan. “Hanya atas dasar Pancasila
pluralitas etnik, budaya, religius dan sosial masyarakat seluruh nusantara
bersepakat mau bersatu dalam satu negara," ujarnya.
Ketua umum PBNU KH.
Said Aqil Siroj mengatakan Pancasila jangan hanya dipahami secara instrumental
sebagai alat pemersatu bangsa belaka tapi harus dipahami secara subtansi,
sebagai sumber tata nilai yang merupakan falsafah dalam berbangsa dan
bernegara. (boy/jpnn)
Sumber : Jawa Pos National Network
Post a Comment