0
PAHAMI SISWA DARI “SESUATU” UNTUK MENJADI “SESUATU”


Secara singkat pengertian dari sekolah adalah sebuah tempat atau lembaga yang aktif dalam mengadakan (menyelenggarakan) berbagai macam kegiatan (program) pembelajaran sebagai sarana untuk transfer ilmu pengetahuan serta keterampilan (transfer knowledge and skills) yang diikuti oleh peserta didik (siswa / murid) dengan dibimbing oleh guru (pendidik) yang saling berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung (direct / indirect). 

Berbagai macam tingkatan sekolah serta berbagai macam dan jenis pula jurusan diselenggarakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dari beberapa macam, jenis dan jenjang sekolah tersebut, kesemuanya memiliki satu tujuan utama yang sama, yaitu untuk meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) dari peserta didik (siswa / murid) dengan hasil akhir yang semaksimal mungkin.

Sekolah yang berkualitas bukan didasarkan pada status ataupun tingkat popularitasnya semata, barometer dari sekolah yang berkualitas tidak lebih dari keberhasilannya dalam mencetak siswa (peserta didik) yang telah menjadikan sekolah sebagai “rumah ke-dua” mereka untuk menggali potensinya secara optimal. Selanjutnya potensi tersebut dapat mereka kembangkan secara terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari mereka hingga akhirnya potensi yang semakin “diasah” tersebut menjadi “sesuatu” yang dapat mereka jadikan bekal dalam mencapai kehidupan yang lebih baik dan berkualitas kelak.

“Sesuatu” itulah yang akan membedakan antara manusia satu dengan manusia lainnya, dan “sesuatu” itu adalah kemampuan, kemampuan setiap manusia adalah unik yang lazim disebut dengan bakat (kemampuan), kemampuan (bakat) ini sendiri pun hanya sebuah metodologi (teori) belaka tanpa adanya motivasi atau dorongan sadar yang kuat dari pelakunya untuk melakukan sesuatu hal, dan dorongan sadar (motivasi) ini lazim disebut dengan minat (kemauan keras).

Pengertian tentang bakat, sebagian orang menganggap bahwa bakat setiap manusia sudah ada dari lahir (bawaan lahir), tapi bukan berarti ketika manusia yang baru lahir di dunia ini langsung kelihatan bakatnya lho..???, namun sebagian lainnya beranggapan bahwa bakat bisa diciptakan dikemudian hari tanpa memandang latar belakang apapun, yakni dengan adanya minat.

Minat seseorang pada sesuatu hal akan membuat seseorang tersebut peka bahkan fokus terhadap segala sesuatu yang diminatinya itu, contoh: Seorang anak petani yang bersekolah di SMP mempunyai cita-cita menjadi guru Bahasa Inggris, maka ketika ia melihat guru yang mengajar Bahasa Inggris otomatis dia akan senang melihatnya, dia akan selalu mengawasi gerak-gerik guru tersebut, baik dari cara berpakaian, penampilannya, cara guru berbicara, gaya mengajar, mimik muka atau gerak tubuh sang guru saat mengajar, hingga pada akhirnya karena si murid antusias dalam belajar dan kemungkinan besar apa saja materi atau pelajaran yang disampaikan guru tersebut akan dapat diterima si murid dengan efektif, bahkan perhatian siswa terhadap guru tersebut bukan hanya di kelas atau di sekolah saja, melainkan di luar sekolah pun si murid akan selalu mencari informasi yang berhubungan dengan guru tersebut.

Dari deskripsi di atas kita dapat menyimpulkan bahwa dengan adanya cita-cita (keinginan kuat) pada sesuatu hal (Bahasa Inggris), maka dengan otomatis akan timbul minat (gairah / semangat kuat) terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan hal (Bahasa Inggris) tersebut. Dengan adanya sinergisme dari cita-cita dan minat yang kuat tersebutlah, selanjutnya muncul semangat belajar yang bukan hanya aktif, namun proaktif, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah tentunya tanpa beban yang berarti, maka tidak mustahil si murid atau siswa yang terlahir dari latar belakang keluarga petani itu, kelak benar-benar akan menjadi guru Bahasa Inggris yang profesional.

Oleh karena itulah, profesi guru atau pendidik yang notabene berperan sebagai pengganti orang tua siswa di sekolah selayaknya kita harus dapat memahami segala sesuatu tentang siswa, khususnya mengenai cita-cita, minat dan bakat anak-anak kita, sehingga proses pendidikan yang dilakukan di sekolah bukan formalitas (simbolis) belaka, namun juga for-ma-litas (untuk maju dan berkualitas). Selain daripada itu, sesungguhnya pemahaman tentang cita-cita, bakat dan minat siswa adalah penentu efektif atau tidaknya upaya kita dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, dan yang terpenting bukan hanya untuk kualitas pendidikan saat ini saja, melainkan juga untuk kualitas guru (pendidik) pada generasi-generasi setelah kita.

Post a Comment

 
Top